Binar purnama sangatlah menawan
Menghangatkan hati, tenang menentramkan
Menggantikan mentari yang beranjak pulang
Terkadang tertutup awan
Namun sebentaran hilang dihempas angin malam
Namun rindu ini menyengsarakan hati
Meluluhlantakkan tulang, menguliti kulit ari tanpa iba nurani
Ah...tapi aku sangat menikmati
Menahan binar bulan senantiasa berseri
Tak bermuasal mencerabut sangkaan
Tak berkemalangan janjinya tetaplah aku nanti
Meski kepingan-kepingan itu berantakan lagi
Meski tumpuanku merapuh, pancang kayu kediamanku goyah
Di senjakala yang semakin menghitam
Biarkanlah tetap aku petik detik-detik
Seratapan rasa terhela dalam nafas
Sekarat dalam alunan tanpa senandung
Menunggu kematian tanpa nisan
Tanpa nyanyian merdu air mata kehilangan
Berdiam lirih di pojok kesombongan
Tanpa bias-bias
Di Julung Pujut yang menampakkan keangkuhan
Tanpa basa-basi

Menghangatkan hati, tenang menentramkan
Menggantikan mentari yang beranjak pulang
Terkadang tertutup awan
Namun sebentaran hilang dihempas angin malam
Namun rindu ini menyengsarakan hati
Meluluhlantakkan tulang, menguliti kulit ari tanpa iba nurani
Ah...tapi aku sangat menikmati
Menahan binar bulan senantiasa berseri
Tak bermuasal mencerabut sangkaan
Tak berkemalangan janjinya tetaplah aku nanti
Meski kepingan-kepingan itu berantakan lagi
Meski tumpuanku merapuh, pancang kayu kediamanku goyah
Di senjakala yang semakin menghitam
Biarkanlah tetap aku petik detik-detik
Seratapan rasa terhela dalam nafas
Sekarat dalam alunan tanpa senandung
Menunggu kematian tanpa nisan
Tanpa nyanyian merdu air mata kehilangan
Berdiam lirih di pojok kesombongan
Tanpa bias-bias
Di Julung Pujut yang menampakkan keangkuhan
Tanpa basa-basi

0 Response to "JULUNG PUJUT"
Post a Comment